Sekapur Sirih

Beta sering mendengar tentang sirih yang sering dikunyah oleh ibu-ibu dan dapat menjadikan gigi berwarna merah. Sayangnya beta belum pernah melihat langsung seperti apa dan bagaimana cara kerja sirih ini.

Kebetulan saat itu beta sedang menunggu bemo yang berangkat dari Atambua, tepatnya dari pasar baru, menuju perbatasan dengan Timor Leste, terminal Mota’ain. Karena muatan bemo belumlah penuh, maka beta sempat berbincang dengan seorang wanita paruh baya yang menjajakan sirih, pinang, dan tembakau di tepi jalan. Wanita yang ternyata berasal dari Timor Leste ini lantas bercerita mengenai cara mengunyah sirih. Caranya sirih dicampurkan dengan kapur dan dikunyah bersama dengan pinang.

Ibu ini menjelaskan dengan detil bahkan sengaja menyusun dagangannya untuk dapat difoto oleh beta. Akhirnya, beta pun membeli sirih yang dijual ibu itu seharga seribu rupiah saja. Ternyata diberikan cukup banyak, lumayan untuk bereksperimen.

Hal yang menarik dari tradisi menguyah sirih ini rupanya terkait dengan upaya seorang pria mendapatkan wanita. Tradisi dari Minang ini yaitu calon pria mendekati calon ibu mertuanya dengan menguyah sirih bersamaan. Katanya, jika mertuanya berhasil dimenangkan, maka anaknya yang kita incar otomatis dapat jadi dengan kita. Tradisi tidaklah harus dipercayai, namun tidak ada salahnya belaku baik pada calon mertua bukan?

Inilah kisah sekapur sirih. Sirih, pinang , dan juga sejumput kapur dari Atambua, Nusa Tenggara Timur.

P1040369

Leave a comment