Terima kasih NTT!

Hanya dalam kurun waktu seminggu, NTT telah meninggalkan banyak cerita yang indah dan kesan mendalam di hati beta. Perjalanan yang diawali dari Kupang telah melebarkan sayapnya hingga Timor Leste. Kota-kota besar di Pulau Timor yaitu Soe, Nikiniki, Kefa, dan Atambua yang menjadi saksi bisu dari perjalanan ini. Petualangan ke Pulau Alor turut melengkapi perjalanan nekat ini.

Banyak sekali kebaikan Tuhan yang dapat disyukuri sepanjang perjalanan ini. Terutama untuk kawan-kawan yang dijumpai dalam perjalanan, mulai dari kawan-kawan Sion Kupang, polisi-polisi ramah di perbatasan Timor Leste (khususnya Pak Redemborder dan Pak Wellye), sibolang Wantho-Yantho dan Kak Mei di Alor, Ibu Molina di GBI Jemaat Kalabahi, dan masih banyak lainnya yang telah membantu, melengkapi, dan mewarnai perjalanan kami dengan sukacita.

Kesegaran kelapa muda dan kecantikan pantai di Deere, pengalaman menghadapi badai di pulau Kepa, belanja ikan cakalang di pasar Oeba, bertahan di feri ke Kalabahi,Alor selama 18 jam, naik pesawat perintis TransNusa, menyeberang ke Timor Leste, dan kuliner bakso sebagai pelengkap menjadi bumbu lezat dari perjalanan ini.

Beta ucapkan terima kasih kawan-kawan semua! NTT akan hidup di hati beta dan kalau ada kesempatan pasti beta akan datang kembali. Salom!

P1040798

P1040429

P1040612

DSC_0268

DSC_0267

Badai di Kepa

Alor, selain terkenal dengan kenarinya, juga banyak dikunjungi oleh orang-orang yang ingin menyelam (diving). Terdapat beberapa lokasi strategis, kebanyakan terletak di antara Pulau Pantar dan Pulau Alor. Di antara kedua pulau besar tersebut terdapat beberapa pulau kecil yaitu : Pulau Buaya, Pulau Ternate, Pulau Pura, dan Pulau Kepa.

Hari itu 10 Januari 2012 hujan rintik-rintik, kami berempat menyeberang untuk melihat lokasi penginapan para penyelam itu. Pulau Kepa dapat ditempuh dengan perahu motol kecil dari Alor Kecil dalam waktu hanya sekitar 10 menit. Ternyata saat tersebut, Pulau Kepa sedang kosong. Dan di Pulau Kepa saat itu hanya ada tiga orang penjaga asli Alor yang dititipkan. Sementara paman yang barusan mengantar kami memutar untuk mengantarkan seorang Ibu yang juga menumpang, kami mengelilingi sekitaran pantainya. Pantai di sisi yang berhadapan dengan Alor Kecil masih banyak berbatu karang sehingga tidak dapat dipakai berenang. Pantai itu berpasir putih, sangat indah, sekalipun menurut kami keindahan Pantai Deere di Pulau Alor belum ada yang dapat menandingi.

DSC_0230

Belum lama kami bermain di pantai, tiba-tiba langit mencurahkan hujan dengan lebat disertai tiupan angin pantai yang kencang, langsung menuju ke arah kami. Untungnya, ada gubuk yang ternyata biasanya dipakai tempat makan di diving resort tersebut dengan mendaki sedikit. Saat itu merupakan pengalaman menegangkan bagi kami untuk menyadari keganasan alam melalui badai yang terjadi.

Penjaga pulau Kepa yang baru mengantar kami pun ternyata ada di gubuk tersebut dan dia bercerita bahwa pemilik diving resort tersebut sedang kembali ke Prancis. Selain itu, di saat musim penghujan seperti saat itu tidak tepat untuk melakukan diving, karenanya diving resort tersebut hanya dibuka dari bulan Maret sampai dengan November. Dari pembicaraan itu pula, kami mengetahui bahwa orang Prancis tersebut telah 15 tahun berada di Alor dan fasih berbicara bahasa Indonesia dan Alor selain Inggris dan Prancis, padahal istrinya pun orang Prancis. Luar biasa benar!

DSC_0237

Akhirnya, kami segera memanfaatkan kesempatan untuk kembali ke Pulau Alor ketika hujan lebat mulai mereda. Sekalipun kami hanya berfoto-foto saja, kami sudah merasa sangat puas dan mengucap syukur. Badai di Kepa telah menempa hidup kami untuk lebih tangguh lagi.

DSC_0261

Foto di atas adalah peta antara Pulau Alor dan Pulau Pantar, Pulau Kepa berada di antaranya.

18 Jam Menuju Alor

Perjalanan menuju Alor dari Kupang dapat ditempuh dengan dua cara yaitu lewat jalur laut dan udara. Dari pelabuhan Bolok di Kupang, feri berangkat seminggu sekali setiap hari Sabtu menuju Kalabahi,Alor. Harga tiket berkisar dari 78 ribu rupiah untuk kelas ekonomi sampai 140 ribu rupiah untuk kelas VIP. Sementara harga perjalanan udara dengan pesawat perintis berkisar antara 350-500 ribu rupiah, namun tersedia hampir setiap hari. Selain harga, waktu tempuhnya juga jauh berbeda, perjalanan laut menghabiskan 18 jam sementara dengan udara hanya 1 jam.

P1040510

P1040506

Dengan alasan ingin berhemat, akhirnya kami memutuskan naik feri dari pelabuhan Bolok. Selain pelabuhan Bolok, terdapat juga pelabuhan Tenau di Kupang. Namun feri yang akan kami tumpangi berangkat dari pelabuhan Bolok. Kami sampai di pelabuhan Bolok sekitar pukul 10 dengan naik bemo. Awalnya kami pikir bisa dengan harga bemo biasa 2000 rupiah per orang, ternyata kami diminta 40000 rupiah karena dianggap memborong bemo. Kejadian tersebut sempat membuat kami dongkol karena merasa diperdaya. Namun, dibandingkan pengalaman yang kelak kami alami kejadian ini tidak lagi mengusik kami. Setelah sampai di pelabuhan, Kami langsung membeli tiket kelas ekonomi untuk keberangkatan pukul 12.

P1040514

Kami berbekalkan roti, biskuit, dan popmie untuk perjalanan 18 jam ini, karena kami pikir harga nasi sangat mahal di pelabuhan. Memang, harga makanan yang dijual di dalam feri sangat mahal, namun di pelabuhan masih dapat ditoleransi. Bayangkan, di feri air panas untuk popmie dijual seharga dua ribu rupiah dan popmienya sepuluh ribu rupiah. Untungnya kami diberikan makan malam berupa nasi telur dengan mie. Namun, persiapkanlah perbekalan terbaik sebelum feri memulai perjalanannya.

DSC_0011

Feri yang kami naiki ternyata kecil saja, tidak banyak ruang untuk bergerak apalagi terisi penuh dengan penumpang, pedagang, dan barang dagangannya belum termasuk barang-barang pindahan yang disimpan di lantai bawah feri. Selama beberapa jam awal perjalanan, kami dapat duduk tenang di kursi yang disediakan untuk penumpang kelas ekonomi. Rasa pegal dan bosan mulai terasa ketika setelahnya, apalagi kami kehabisan kasur sewaan seharga 15000 rupiah. Untungnya benak ini dipenuhi dengan berbagai ide tulisan dan juga adanya teman berbincang yang paham banyak hal. Akhirnya karena sudah lelah dan mengantuk, beta tidur beralaskan jaket di bawah kursi-kursi feri.

DSC_0005DSC_0015DSC_0019

Di atas adalah foto yang diambil di atas feri dari siang menuju malam hari. Syukurnya, hari itu alam cukup bersahabat, tidak hujan sehingga tidak ada gelombang yang terlalu besar, padahal menurut penduduk setempat, Alor diterpa hujan sejak awal tahun baru 2012 dan hanya sempat tidak hujan di hari kedatangan kami itu. Setelah Pulau Pura dan Pulau Buaya terlihat dari feri sekitar pukul 5 pagi, kami tahu bahwa feri akan segera mendarat. Benar saja, pukul 07.30 kami sampai di pelabuhan Kalabahi. Kisah selanjutnya di Alor ini berlanjut di catatan-catatan selanjutnya setelah kami mendapatkan penginapan terlebih dahulu.

DSC_0044

Bemo NTT

Bemo merupakan transportasi umum dalam kota yang lebih dikenal dengan istilah angkot di daerah Jawa. Tidak ada yang berbeda dari tampilan fisiknya, namun begitu Anda mencoba naik bemo di NTT, misalnya di Kupang dengan segera Anda akan merasakan perbedaannya. Bemo-bemo di NTT selalu diiringin dengan alunan lagu yang sangat keras. Hampir tidak ada bemo tanpa dentuman bas lagu yang diputar, entahkah itu lagu daerah, rap, romantisa, dsb. Beberapa bemo bahkan menambahkan lampu kelap-kelip layaknya lampu disko di malam hari.Dugaan beta, budaya ini tidak lepas dari pengaruh orang Barat yang pernah menginjakkan kakinya di tanah NTT ini, yaitu pesta, disko, dan minuman keras. Namun bisa juga musik diputar keras-keras untuk menjauhkan rasa bosan dan mengantuk dari pengemudi.

Hal unik lainnya yang beta amati adalah kebiasaan supir-supir bemo yang gemar menempelkan boneka-boneka di jendela muka bemonya. Bahkan ada yang ekstrim hingga menutupi setengah bagian kaca. Kebanyakan boneka-bonekanya juga berbentuk lucu atau imut, sekalipun orang timor memiliki raut wajah keras ternyata hatinya lembut. Mungkin bisnis boneka ini dapat juga dijadikan peluang bisnis kawan!

P1040447

Bemo di NTT juga selalu dilengkapi dengan konjak. Berbeda dengan angkot-angkot di Jawa yang hanya dioperasikan oleh seorang supir. Para konjak ini juga rata-rata sangat bersemangat melakukan tugasnya. Terlihat dari bagaimana mereka berupaya mendorong kami untuk menggunakan jasanya. (PS : dibawah ini konjak gadungan)

P1040448

Hal yang patut dipuji dari bemo di NTT ini adalah tarifnya murah, baik jauh dekat sama-sama dikenai harga 1000 rupiah. Namun, hati-hati juga karena bemo tidak tersedia 24 jam. Bahkan bemo terakhir beroperasi sekitar jam 8 saja. Karenanya jika tersedia transportasi pribadi seperti motor, maka daya jelajah kita tentulah jauh meningkat. Untuk perjalanan ke luar kota ada bis antar kota dengan tarif sesuai jauhnya perjalanan.

P1040329

Keliling Kota Kupang

Kota Kupang dikenal dengan cuacanya yang panas, namun di saat musim penghujan ketika beta sampai di Kupang cuaca terasa sejuk seperti di Bandung. Bahkan hujan sering turun, membuat cucian sulit kering. Di Kota Kupang ini, banyak wilayah yang diawali dengan “Oe” seperti Oesapa, Oeba, OeBufu, Oepura, OeBobo, dsb yang dikarenakan adanya sungai sebagai batas alam. Hal ini mirip sekali dengan awalan “Ci” di Jawa Barat seperti Cihideung, Cibadak, Ciateul, dsb.

Kota Kupang termasuk kota yang maju, sekalipun masih jauh jika dibandingkan dengan ibukota di Pulau Jawa. Internet yang telah menjadi kebutuhan sebagian besar manusia saat ini pun masih menjadi sesuatu yang mahal didapat di Kupang ini. Provider SimCard yang sinyalnya cukup baik hanya Telkomsel, Indosat, dan XL. Sementara penyedia layanan telkom lainnya baru akan masuk ke kota ini. Solusi lainnya adalah internet dari Telkomnet Speedy yang harganya relatif mahal bagi orang sini jika digunakan untuk kebutuhan pribadi. Namun, warnet di Kupang kebanyakan menggunakan layanan Speedy ini.

Hal lain yang menarik perhatian adalah bentuk jalan di kota Kupang, khususnya di persimpangan. Dalam istilah saya, banyak bundaran di kota Kupang ini. Selain itu jalannya juga banyak tanjakan dan turunan, hal ini tampaknya disebabkan oleh bentuk geografis Kupang yang landai di bagian pantai dan cukup tinggi di tengah-tengah. Simbol kota Kupang juga cukup menarik perhatian, yaitu burung merpati di atas tangan yang terbuka, melambangkan perdamaian.

P1040724

Di Kupang, pasar induknya terletak di Oeba. Pagi-pagi pukul 5 pasar Oeba ini sudah ramai dengan aktivitas jual-belinya. Ada juga pasar ikan di Oeba ini, apalagi melihat lokasinya yang bersebelahan dengan pantai maka kesegaran ikannya dapat terjamin. Pemandangan pasar terapung di Oeba ini juga menarik, karena hanya dimiliki oleh wilayah-wilayah yang berbatasan langsung dengan pantai atau memiliki banyak sungai.

P1040695P1040698

Gedung-gedung pemerintahan di Kupang juga tertata dengan cukup rapi, karena hampir semuanya terletak di satu kawasan khusus. Apakah kondisi ini dapat memutus rantai birokrasi yang tak perlu? Beta belum mengetahui jawabannya.

P1040731

Pendidikan di Kupang masih tergolong yang terbelakang jika dibandingkan daerah lain di Indonesia. Walaupun demikian, sudah ada beberapa unviersitas yang besar dan ternama di Kupang ini, misalnya Undana. Wilayah kampus ini sangat luas, namun alangkah baiknya kualitas pendidikan di dalamnya juga terus ditingkatkan.

P1040710

Beberapa kekayaan alam NTT diantaranya seperti pasir putih, kayu cendana, atau kenari. Sedihnya, beberapa komoditas rupanya mengalami kelangkaan sehingga harganya menjadi sangat mahal. Contohnya,minyak dari kayu cendana dalam botol kecil sekitar 10 ml dihargai ratusan ribu rupiah. Kenari pun tidak lagi melimpah ruah di Alor, si Nusa Kenari. Wai, pemerintah NTT, ayo maksimalkan potensi NTT lebih lagi! Jika kekayaan alam terbatas, maka maksimalkanlah sektor-sektor lainnya. Misalnya saja dari sektor kebudayaan dan pariwisata, sasando dari NTT mungkin bisa menjadi pilihan juga!

P1040757